Perlu Inovasi Produk
JAMUR tiram organik yang mulai dibudidayakan di Kecamatan Kemalang sebagai potensi baru di Kabupaten Klaten. Potensi produk organik ini muncul di tengah-tengah masyarakat yang ingin kembali mengonsumsi bahan makanan yang bebas dari bahan-bahan kimia.
Selain sebagai potensi baru, jamur tiram organik juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat yang terimbas dampak erupsi Gunung Merapi 2010. Budidaya jamur tersebut dapat
meningkatkan dan menggairahkan kehidupan ekonomi warga yang terpuruk akibat lahannya belum pulih akibat abu vulkanik yang menutupi lahan mereka.
Biaya untuk budidaya jamur membutuhkan modal yang kecil, namun dapat memberikan penghasilan tinggi. Dengan harga per baglog sekitar Rp 900 hingga Rp 1.500, para petani yang membudidayakannya dapat menjadikan jamur tiram organik sebagai mata pencaharian baru.
Menghasilkan produk mentah saja, kurang bisa meningkatkan potensi tersebut. Maka dari itu, diperlukan inovasi-inovasi baru. Inovasi terbut dapat diwujudkan melalui memberikan nilai tambah untuk produk mentah jamur tiram organik.
Para pria bisa menanam jamur tiram, sedangkan para wanitanya mengolahnya sebagai produk makanan yang akan menambah pendapatan mereka.
Sumber daya manusia berupa keinginan masyarakat untuk belajar dan berkembang menjadi modal utama dalam mengembangkan budidaya jamur tiram organik. Namun, modal SDM tersebut juga perlu diimbangi dengan modal.
Modal digunakan untuk meningkatkan jumlah produksi, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ketersedian modal akan mampu mengangkat Klaten sebagai sentra jamur tiram organik.
Pemerintah daerah seharusnya peduli dengan potensi baru yang ada di daerahnya. Kepedulian ini bisa berupa bantuan modal langsung, maupun memberikan jalan bagi industri kecil, misalnya kemudahan mendapatkan pinjaman modal.
Selain sebagai potensi baru, jamur tiram organik juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat yang terimbas dampak erupsi Gunung Merapi 2010. Budidaya jamur tersebut dapat
meningkatkan dan menggairahkan kehidupan ekonomi warga yang terpuruk akibat lahannya belum pulih akibat abu vulkanik yang menutupi lahan mereka.
Biaya untuk budidaya jamur membutuhkan modal yang kecil, namun dapat memberikan penghasilan tinggi. Dengan harga per baglog sekitar Rp 900 hingga Rp 1.500, para petani yang membudidayakannya dapat menjadikan jamur tiram organik sebagai mata pencaharian baru.
Menghasilkan produk mentah saja, kurang bisa meningkatkan potensi tersebut. Maka dari itu, diperlukan inovasi-inovasi baru. Inovasi terbut dapat diwujudkan melalui memberikan nilai tambah untuk produk mentah jamur tiram organik.
Para pria bisa menanam jamur tiram, sedangkan para wanitanya mengolahnya sebagai produk makanan yang akan menambah pendapatan mereka.
Sumber daya manusia berupa keinginan masyarakat untuk belajar dan berkembang menjadi modal utama dalam mengembangkan budidaya jamur tiram organik. Namun, modal SDM tersebut juga perlu diimbangi dengan modal.
Modal digunakan untuk meningkatkan jumlah produksi, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ketersedian modal akan mampu mengangkat Klaten sebagai sentra jamur tiram organik.
Pemerintah daerah seharusnya peduli dengan potensi baru yang ada di daerahnya. Kepedulian ini bisa berupa bantuan modal langsung, maupun memberikan jalan bagi industri kecil, misalnya kemudahan mendapatkan pinjaman modal.
Sumber : tribunjogja.com
0 comments:
Post a Comment
JOGJA BELAJAR BELAJAR ONLINE MENYENANGKAN, Jangan lupa tinggalkan jejak bukan kata pertamax. Kritik, saran dan komentar dari postingan blog jogja belajar ini bisa anda masukkan di kolom komentar yang tersedia dibawah ini.